Mengkompos adalah proses dekomposisi atau penguraian bahan organik oleh mikroorganisme, jamur dan bakteri. Komposting adalah proses menambahkan materi yang bisa terurai seperti daun-daun kering, sampah dapur, rumput kering secara seimbang dengan bantuan dekomposer seperti mikroorganisme, serangga, cacing, jamur dsb. Dan dalam cara yang tepat bisa menghasilkan material mirip tanah yang homogen, kaya akan nutrisi, yang disebut sebagai kompos.
Dalam tulisan saya yang berjudul TED Talk Inspiratif yang Berbicara tentang Komposting disebutkan bahwa tanah yang hidup (living soil) bercirikan tanah yang mengandung mikroorganisme didalamnya dan tanah ini bisa menyuburkan tanah dan melindungi tanaman dari penyakit sepanjang tahun. Kompos juga sering disebut sebagai "Black Gold" / "Hitam Emas" karena keajaibannya sebagai penyubur tanah, selain juga sebagai penutup tanah.
Mengapa kita perlu mengkompos?
- 60% sampah rumah tangga terdiri dari sampah organik (Data dari Kementrian Lingkunga Hidup)
- Sampah organik yang menumpuk dan tidak tertangani menimbulkan gas metana (CH4) yang meningkatkan gas rumah kaca / Global Warming
- CH4 lebih berbahaya 30 kali lipat dibandingkan CO3 (karbondioksida).
- Mengurangi sampah yang dibuang ke TPA (Reduce)
- Memanfaatkan kembali sampah rumah tangga (Reuse)
- Hasilnya bisa digunakan kembali untuk menyuburkan tanah (Recycle)
- Memperbaiki struktur tanah
- Membentuk Ekosistem
Bagaimana Mengkompos di Rumah?
Mengkompos sebetulnya mudah. Tergantung pada tempat /lokasi Anda tinggal. Yang perlu dipertimbangkan adalah seberapa banyak sampah dapur yang Anda hasilkan. Untuk pemula Anda bisa mencobanya di dalam pot/karung. Karung bisa digunakan untuk menyimpan daun-daun kering dan biarkan terurai sendiri dalam beberapa bulan. Ini namanya metode kompos pasif. Sedangkan untuk pot, Anda cukup menggali tanah di dalam pot, dan mengubur sampah dapur Anda. Dengan cara ini , Anda bisa belajar mekanisme kompos. Tapi tentunya jika menggunakan pot, sampah dapur yang ditangani sedikit.
Jika Anda tinggal di kawasan kota, ember komposter bisa menjadi solusi. Ember komposter ini ada banyak sekali model. Jika sampah yang dihasilkan banyak pilihlah yang kapasitasnya besar seperti dibawah ini. Model komposter ini cukup untuk keluarga beranggotakan 5 orang. Kompos yang sudah jadi terletak dibagian paling bawah. Panen kompos diambil melalui pintu / lubang yang ada di bagian bawah Komposter.
- Aktifitas keluarga di rumah menghasilkan berbagai jenis limbah. Sampah dapur, sampah kertas, sampah plastik, sampah elektronik adalah beberapa sampah yang dihasilkan dalam rumah tangga. Sampah-sampah ini perlu dipilah-pilah. Khusus untuk mengkompos, tampung sampah dapur seperti kulit pisang, kulit buah, akar sayur,kulit sayur, bonggol jagung dll ke dalam ember sementara. Tiap 2-3 hari sekali atau jika sudah penuh, sampah ini diolah sebelum masuk komposter. Bagaimana cara mengolah sampah dapur menjadi kompos? Sebelum sampai ke sana, kita perlu mengetahui terlebih dahulu apa yang boleh dan tidak boleh dimasukkan kedalam Komposter kita.
Sampah Basah |
C/N |
Sampah Cokelat |
C/N |
Kotoran Unggas |
10 |
Daun Segar |
40 |
Kotoran Kambing |
16 |
Daun Kering |
60 |
Rumput Laut |
19 |
Bubur Kertas |
90 |
Limbah Sayuran |
19 |
Sekam Padi |
120 |
Ampas Kopi |
20 |
Kertas |
150 |
Kotoran Sapi |
20 |
Koran |
175 |
Potongan Rumput |
20 |
Serbuk Gergaji |
325 |
Sisa Makanan |
20 |
Kardus |
350 |
Abu |
25 |
Serpihan Kayu |
200 |
- Setelah sampah organik dikumpulkan, langkah berikutnya adalah potong-potong kecil seluruh bahan kompos, semakin kecil semakin baik karena akan mempercepat proses dekomposisi.
- Aduk balik kompos agar aerasi optimal, khususnya saat kompos terlalu panas. Selain itu dekomposisi memerlukan oksigen. Kekurangan oksigen menyebabkan terjadinya proses Anaerob yag dapat menimbulkan bau tak sedap.
- Jika tersedia, tambahkan bahan akselerasi dekomposisi seperti dekomposer / aktifator (EM4, Air cucian beras, nasi basi dsb)
- Jaga campuran kompos agar selalu dalam kondisi lembab.
- Gunakan sampah kering untuk menjaga Rasio Karbon VS Nitrogen dan kelembaban
- Selektif menggunakan limbah hewani. Jangan memasukkan kotoran kucing, anjing kedalam komposter kita. Jika akan memasukkan kotoran ternakpun, fermentasikan terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam komposter kita.
- Warnanya cokelat kehitaman seperti tanah.
- Tidak berbau.
- Dingin, tidak panas.
- Pemakaian kompos yang belum matang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Proses penguraian bahan organik akan dilanjutkan didalam tanah sehingga panas yang ditimbulkan dapat menghambat pertumbuhan bahkan membuat tanaman mati.
No comments:
Post a Comment