Hallo Pembaca!
Hari Sabtu lalu tanggal 13 Juli 2019, saya mengikuti
Workshop Mother Culture, Raising Your Self. while Raising Your Children oleh
Ellen Kristi. Acara ini diselenggarakan di Solo, Jawa tengah. Berlangsung dari
pukul 10-00 pagi hingga pukul 15.00 WIB.
Yang belum kenal mbak Ellen Kristi saya cerita kan sedikit
ya. Mbak Ellen Kristi adalah seorang penulis buku, praktisi Metode Charlotte
Mason (Disingkat CM), Konsultan AIMI / Akademi Ibu Menyusui Indonesia, juga seorang praktisi
Homeschooling. Buku karangan bu Ellen Kristi yang berjudul “ Cinta yang
Berpikir” menjadi salah satu buku panduan Homeschooling yang saya terapkan
dirumah. Mbak Ellen mempunyai 3 orang anak dan diantara peran-perannya yang
sangat banyak, Mbak Ellen masih bisa mengajar diberbagai kota di Indonesia. Tentu
penasaran dongnya dengan sosok Inspiratif seperti beliau J
Motivasi saya sendiri ingin mengikuti Workshop ini adalah
tertarik dengan judulnya Mother Culture. Dalam flyer iklan workshop tertulis
tentang apa itu Mother Culture yaitu seni mengelola kesibukan harian sebagai
orang tua agar tetap bertumbuh secara intelektual dan spiritual, makin dewasa
dan berbudaya. Sebuah Workshop yang bertujuan sebagai manual pendidikan
karakter.
Dengan tiga orang anak HS, tanpa asisten/pembantu, adalah
sebuah tantangan tersendiri buat saya. Mengingat anak-anak saya umurnya
berbeda-beda dan kebutuhannya juga berbeda-beda. Melalui workshop ini saya juga
berharap bisa berkonsultasi dengan mbak Ellen dan Alhamdulillah terjawab di
workshop.
Kenapa Mother Culture?
Mother Culture sebetulnya adalah salah satu cara dalam
metode Charlotte Mason (CM) dalam mendidik para Ibu supaya terus tumbuh /
berkembang. Charlotte Mason adalah tokoh
pendidikan klasik yang terkenal dari Inggris, beliau lahir pada abad ke 18.
Lalu kenapa para ibu perlu berkembang? Kenapa kok tidak para
Ayah? Kenapa tidak disebut Father Culture? Karena dalam metode CM, pembagian
tugas tanggung jawab pendidikan keluarga itu memang berat sebelah. Ibu terutama mempunyai porsi yang lebih besar
dalam mendidik putra dan putrinya.
Kenapa? Karena secara tidak langsng, sorang anak dibanjiri oleh hormon
dari ibunya sehinnga anak bisa dikatakan lebih dekat dengan ibunya dibandingkan
ayahnya.
Namun apakah berarti perah Ayah tidak cukup besar dalam
kehidupan seroang anak? Jawabannya adalah tidak! Kenapa? Karena dalam CM ,
pendidikan adalah atmosfer. Menukil
pepatah Mahatma Gandhi bahwa kehadiran fisik tidak sama dengan kehadiran
spiritual yang artinya meskipun kita tidak hadir secara fisik tapi secara
spiritual tetap hadir.
Jadi sebagai orang tua kita mesti hati-hati, ketika kita
tidak sedang menemani anak-anak kita apakah artinya kita bebas melakukan apa
saja? Misalnya mumpung anak-anak tidak ada nih, saya mau bersosial
media/menonton tv sepuasnya. Rupanya hal itu sebaiknya/ tidak sewajarnya dilakukan karena anak bisa
menyerap atmosfer meskipun kita tidak hadir didekat mereka.
Adalagi istilah yang menarik yang dibahas diworkshop yaitu
Biology of Believe yang artinya adalah setiap sel adalah energi , gen bukanlah
penentu nasib seseorang tapi lingkunganlah yang menentukan pribadi seseorang.
Dari sana maka kalau ingin Anak kita bertumbuh maka orang
tua juga harus bertumbuh.
Lalu apa sih definisi bertumbuh / Growing Up itu? Dibahas
lengkap di workshop ini. Bagaimana caramya supaya kita bisa grow up sementara
ada bagian dari diri kita yang enggan untuk bertumbuh?
Diluar itu ini adalah beberapa pokok bahasan yang menarik
dibahas di Workshop tersebut.
- - Apakah tujuan mulia dari bertumbuh ? Untuk mendapatkan kebahagiaan? Apa pula definisi bahagia?
- - Tujuan hidup kita didunia ini untuk apa?
- - Apakah Anda percaya kalau pasangan dan anak adalah sarana kita untuk bertumbuh?
- - Cinta yang sifatnya “Cathexix” vs spiritual?
- - Bagaimana cara mengenal tanda-tanda stress dan pengendaliannya?
- - Definisi Manajemen Waktu, adakah definisi keseimbangan antara kerja dan kehidupan?
- - Bagaimana merawat diri sendiri?
- - Feed your mind dengan membaca banyak buku! Jadwalkan!
- - Mencari mentor yang baik untuk kita.
- - Komunitas yang berorientasi pada pertumbuhan.
Sebelum workshop dimulai, para peserta diberi tugas sebelum
Workshop seperti jadwal harian kita seperti apa, apa yang membuat kita stress
dan apa gejalanya kalau kita lagi stress, buku apa yang terakhir kita baca dan
berapa jumlah buku yang kita baca dalam seminggu, apa tujuan hidup kita.
Jawaban tersebut nanti akan dibahas saat workshop berlangsung.
Apa yang saya suka dari workshop ini adalah kita bisa
konsultasi one to one dengan mbak Ellen. Pertanyaan seputar pasangan adalah
salah satu dari sekian banyak pertanyaan yang ingin saya ajukan. Salah dua diantaranya adalah kebiasaan suami
yang tidak terlalu suka membaca dan kebiasaan suami yang merokok meskipun sudah
saya minta berhenti dua tahun terakhir. Dan Alhamdulillah saya mendapatkan
jawabannya dari Mbak Ellen. Kuncinya ada pada komunikasi , teladan juga bersiap
diri menghadapi resiko.
Nah ini yang saya tunggu juga jawabannya dari Mbak Ellen.
Bagaimana mengatur waktu belajar diantara ketiga anak saya yang berbeda umurnya
saat berhomeschooling? Berikut adalah jawabannya:
Kita mesti merevisi kembali keyakinan kita, karena didunia
ini apa yang kita yakini, terkadang tidak sesuai dengan realitas. Menurut bayangan,harapan atau keyakinan saya
anak-anak bisa rukun saat belajar. Namunkan dalam prakteknya anak-anak kadang
berkelahi, konsentrasi saya terpecah dsb.
Dalam hal ini, Mbak Ellen menyarankan supaya bisa
menyesuaikan jam belajar dengan si kecil, karena memang si-kecil belum bisa
ditinggal cukup lama sendirian jadi saya sebagai ibunya dituntut lebih kreatif
lagi bagaimana cara agar sikecil ada yang menemani ketika saya harus mendampingi kakak-kakaknya
yang besar. Diluar itu sebagai Ibu saya diminta untuk lebih sabar, lebih
menerima realitas meskipun pastinya tidak mudah.
Harapan saya semoga dengan cara pandang yang baru ini, saya
bisa mengatur waktu belajar ketiga anak saya dengan lebih efektif.
Bertemu dengan praktisi HS di Solo seperti Mbak Iin (Noor
Aini Prasetyawati), Mbak Ana Shaft, Mbak Ratri, Mbak Ellen Kristi seperti
memberi angin segar / optimis dalam diri
saya. Disana saya bisa berbagi cerita seputar Homeschooling dan disana pulalah
kekaguman saya muncul. Berbagai macam
jenis orang tua dengan background yang berbeda-beda namun berkomitmen
mendampingi anak-anak untuk bertumbuh. Pertemuan-pertemuan seperti ini itu
penting ya agar orang tua terutama ibu bisa bertumbuh juga. Ada usulan untuk dibentuknya komunitas
Charlotte Mason di Solo, semoga kelak bisa terwujud ya. Amiiiin.
Semoga tulisan ini menginspirasi dan tentu saja saya
merekomendasikan Workshop ini karena bagus bangeettt!! Untuk informasi workshop
terbaru silahkan kontak Komunitas Charlotte Mason, alamat webnya yaitu www.cmindonesia.com atau kunjungi
Fanspage mereka di Charlotte Mason Indonesia.
Salam!
Chandra Malini
Terima kasih sharingnya 😊
ReplyDeleteSama - sama mbak Era, maaf baru balas :)
Delete